Melalui Perayaan Hari Raya Saraswati kita Tingkatkan Kwalitas dan Kesucian Diri
Hari Raya untuk memuja keagungan Dewi Saraswati dilaksanakan setiap 210 hari (enam bulan) sekali, yaitu pada hari Saniscara (sabtu) Umanis, Watugunung. Pada tanggal 8 Maret 2014 perayaan hari Saraswati kali ini dilakukan dengan persembahyangan bersama guru, staf kepegawaian dan seluruh siswa SMK Kesehatan Karya Usadha Seririt, mulai pukul 08.00 wita hingga selesai pukul 11.00 di Padmasana Sekolah SMK Kes. Karya Usadha Seririt. Kegiatan persembahyangan di ikuti secara antusias oleh seluruh keluarga besar SMK Kesehatan Karya Usadha Seririt.
Dalam pemberian Darma Wacana oleh bapak Drs Putu Rena, M.Ag, selaku manggala upacara menyatakan bahwa perayaan Hari Saraswati di lakukan sebagai media untuk mengingatkan dan menyadarkan umat manusia pada umumnya bahwa betapa pentingnya arti ilmu pengetahuan dalam mengarungi kehidupan ini. Pengetahuan merupakan alat penopang di dalam kita mengarungi kehidupan, serta untuk meningkatkan kualitas kehidupan material dan spiritual menuju kehidupan yang lebih baik. Secara etimologi, kata Saraswati sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata “ Saras “ yang berarti sesuatu yang mengalir. Sedangkan kata “Wati “ berarti memiliki. Jadi kata Saraswati berarti sesuatu yang terus mengalir, atau sebagai suatu ucapan yang terus mengalir. Bagaikan ilmu pengetahuan yang tiada habis-habisnya untuk di pelajari.
Dikatakan pelaksanaan Hari Raya Saraswati dimulai dengan persembahyangan di pagi hari dengan melakukan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Aji Saraswati kemudian di malam harinya syogyanya melakukan japa mantra atau sambang semadi sembari mempelajari Weda atau kitab-kitab suci agama Hindu seperti Epos Mahabarata. Disinggung pula bahwa dengan mempelajari dan menghayati Mahabarata secara mendalam akan mampu meningkatkan kwalitas dan kesucian diri seseorang. Sebagaimana kisah dalam mahabarata, bahwa tokoh-tokoh Pandawa adalah gambaran atau refleksi symbol karakter manusia. Panca Pandawa yang terdiri dari Drupadi, Nakula dan Sahadewa, Bima, Arjuna dan Yudistira, masing-masing memiliki karakter yang berbeda namun saling melengkapi. Begitu perang usai di kurusetra kelima pandawa tersebut meninggalkan dunia fana ini untuk mencari alam surga dengan mendaki gunung Mahameru dan satu persatu meninggal mulai dari Dewi Drupadi, Nakula, Sahadewa, Bima, dan Arjuna kecuali Sang Yudistira.
Bagaimana kita mestinya mereflesikan sifat dan karakter tokoh-tokoh tersebut ke dalam jiwa pribadi kita? Kita refeksikan Dewi Drupadi sebagai lambang nafsu. nafsu kita, pada saat hidup kita tidak bisa terlepas dari ikatan nafsu duniawi, manusi mengejar kenikmatan didunia ini dengan berbagai cara, begitu kita sakit nafsu kitalah yang pertama kali berkurang bahkan hilang. Kemudian Nakula dan Sahadewa ibarat tangan dan kaki, tatkala keterkena stroke maka tangan dan kaki tidak bisa bergerak bahkan lumpuh, Bima meninggal, jadi kita sudah kehilangan tenaga, lemas lunglai, kemudian arjuna mati, Arjuna yang diibaratkan sebagai pikiran atau manah kita akan mati. begitu kondisi bertambah parah kita tidak bisa mengenal siapa-siapa, tidak lagi mampu mengingat siapa-siapa baik kerabat ataupun keluarga. Dan begitu nafas kita terhenti dan jantung kita berhenti berdetak maka roh akan meninggalkan badan kasar kita, roh kita tidak bisa mati melainkan melesat menuju dunia akhirat. jadi Yudistria lolos dari ikatan duniawi dan masuk kealam akhirat dengan ditemani asu (anjing) hitam. Jadi apa maknanya? bahwa kita akan mempertanggungjawabkan hasil perbuatan kita yakni asubha dan subha karma. Begitulah hakikat dalam hidup ini, dengan mempelajari ajaran suci dengan kesungguhan hati, dan mengamalkan serta memaknainya dalam kehidupan ini maka kwalitas dan kesucian diri akan meningkat.
Melalui perayaan Hari Raya Saraswati ini hendaknya dijadikan momentum untuk meningkatkan pembelajaran diri dengan menumbuhkan perilaku atau perbuatan-perbuatan yang baik dan benar berlandaskan Dharma. Kesokan harinya pada pagi harinya, Paing Redite Watugunung semestinya pergi ke pantai, sungai atau mata air lainnya untuk mensucikan diri. serangkaian acara ini di sebut dengan hari “Banyu Pinaruh” bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga.
Demikian sekilas inti materi Darma Wacana beliau, yang dapat kami ulas tentang makna perayaan Saraswati. Dengan berakhirnya Darma Wacana tersebut berakhir pula serangkaian upacara persembahyangan peringatan Hari Raya Saraswati kali ini. Semoga uraian singkat ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Seririt, 28 Februari 2014, Waka Humas, Ners. Putu Ngurah Arya Wibawa, S.Kep. melaporkan seijin Kepala sekolah SMK Kes. Karya Usadha Seririt.